وَفِي الْأَرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ (20) وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ (21) وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ } [الذاريات: 20 - 22]
“dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang yakin. (20) dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu
tidak memperhatikan? (21) (Adz-Dzariyat : 20-21)
Dengan jelas ayat di atas mengkhabarkan bahwa kemampuan mencermati
tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta termasuk di dalam diri kita,
hanya dimiliki orang-orang yang yakin kepada Allah SWT, mereka dapat menikmati
keimanannya kepada Allah SWT.
Tentunya cara orang yang yaqin dalam mencermati tanda-tanda
kekuasaan Allah, berbeda dengan cara orang-orang saintis yang hanya berfokus
pada keilmuan nisbi (relative), orang-orang yang yaqin memahaminya sebagai
tanda-tanda kekuasaan Allah, dengannya mereka menyadari posisi diri mereka
sebagai hamba, potret mereka adalah sebagaiman deskripsi Al-Qur’an tentang Ulûl Albâb di
dalam surat Ali Imrân,
dalam doa mereka menyebutkan : “Wahai Tuhan kami, sungguh Engkau tidak
menciptakan semua ini dalam keadaan sia-sia, maka jagalah kami dari api neraka”.
jika demikian, maka begitu tingginya nilai keyakinan!
Definisi Yakin
Apakah, kita dapat mengambil faedah dari ayat-ayat kauniyyah
yang Allah hamparkan luas di semesta alam ini?, apakah kita termasuk
orang-orang yang yakin atau “al-Mûqinûn”?
Yaqin menurut bahasa berasal dari derivasi kata “yaqina, ayqana,
yûqinu, îqânan, yaiqinu, yaqnan, yaqînan fahuwa mûqinun. yang antonimnya adalah
keraguan “syakk”, artinya yaqin adalah ilmu dan aplikasi suatu urusan
serta menghapus keraguan
Dalam tradisi perkataan Arab, untuk mengungkapkan “keyakinan” orang-orang
Arab juga menggunakan kata “dzann” - yang arti asalnya adalah persangkaan dan
perkiraan- yang memiliki makna ganda yakni ungkapan keyakinan juga keraguan.
Oleh karena itu sebagain ahli tafsir
mengatakan : setiap “dzann” di dalam Al-Qur’an menunjukkan ilmu dan
keyakinan, sebagaiman disebutkan ath-Thabari dengan sanadnya kepada Mujâhid dan
Ibnu katsir menyebutkan ke-shahihan sanad darinya (lihat Jâmi’ al-Bayân
dan Tafsîr Ibnu Katsîr)”
Menurut Istilah yaqin adalah memantapkan ilmu dengan menghapus
keraguan dan kesamar-samaran (syubhat) dan keilmuan yang kokoh yang
tidak ada keraguan di dalamnya sehingga menyebabkan ketetangan hati dan
mendorong seseorang untuk beramal. (DR. M. bin Abdul Aziz bin Ahmad al-Ali)
Ibnu Taimiyah mengatakan : “Yaqin adalah ketetangan hati dan
kemantapan ilmu di dalamnya, lawannya
adalah keraguan yaitu suatu jenis dari pergerakan dan kegoncangan” (majmu’
Fatâwa)
As-Sa’di mengatakan “Keyakinan adalah ilmu yang sempurna yang di
dalamnya tidak ada keraguan tingkat terendah sekalipun, dan mendorong untuk
beramal” (Taisir Karimir Rahman)
Buah Keyaqinan
Keyakinan begitu penting bagi kita dalam beriman kepada Allah SWT,
berikut di antara buah-buah hasil dari keyakinan, yaitu :
1. Yaqin adalah sebab utama kehidupan dan ketenangan hati, ia akan
menghapus keraguan dan kemarahan serta mengisi hati dengan cahaya serta
pengharapan, takut dan kecintaan kepada Allah SWT secara bersama-sama.
2. mendapatkan taufik dan pertolongan dari Allah dalam mengahadapi
pertanyaan-pertanyaan dua Malaikat
Kubur.
3. Keyakinan dapat menolong seseorang untuk beribadah dan
melaksanakan syaria-syariat Allah SWT.
4.Keyakinan menjadi sebab kelapangan dada dan terpeliharanya dari
rasa takut, gundah-gulana dan keraguan. Allah berfirman :
tidak ada suatu
musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan Barangsiapa
yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan
Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Ath-Taghâbûn : 11)
Tentang ketenangan hati, kita teringat kepada kisah Nabiyullah Ibrâhîm ‘alaihis
salam, ketika ia meminta agar Allah SWT menunjukkan bagaimana Allah
menghidupkan yang yang mati, dan Allah bertanya kepadanya “Apakah kamu belum
beriman?” Ibrâhim
menjawab “tidak, namun aku ingin hatiku ini menjadi tetang”. Dalam hal
ini Ibrâhim
ingin meningkatkan tingkat keyakinannya dari ilmul yaqin menjadi ‘ainul
yaqîn. Dan Allah SWT mengabulkannya.
Kemudian Allah memerintah Nabi Ibrâhim menyembelih tiga ekor burung dan meletakkan beberapa bagiannya
di gunung-gunung, kemudian Ibrahîm memanggil burung-burung tersebut dan mereka datang kepdanya dalam
keadaan hidup.
Hal ini terjadi kepada Nabi Ibrahim dalam rangka meningkatkan
keyakinannya, dan kejadian tersebut kecil kemungkinan akan kita alami, namun
demikian ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keyakinan kita,
di antaranya :
Metode Meningkatkan keyakinan
Pertama, Tadabbur Al-Qur’an
terutama ayat-ayat yang menjelaskan tentang ke-esaan Allah (tauhidullah)
dan ayat-ayat keagungan-Nya, dengan mengenal Allah SWT dan mengagungkannya
dalam diri kita merupakan sebab utama mengokohkan keyakinan kita.
Kedua, Sering
membaca sejarah kehidupan Rasulullah SAW, menelaah sunnah – sunnah-nya dan
mengetahui kisah-kisah yang menunjukkan da’wah beliau, kecintaannya kepada
umat, kesabarannya, dan perjuangannya.
Ketiga, membaca
nash-nash janji dan ancaman Allah SWT baik di dalam Al-Qur’an juga di dalam
As-Sunnah, serta memperhatikan sifat-sifat surga dan calon para penghuninya.
Demikian juga dengan neraka, juga keadaan yang akan dialami di alam kubur baik
kenikmatan ataupun sisksaan
Keempat, membaca kisah-kisah para Nabi, terutma yang berkait dengan
mu’jizat dan pertolongan Allah kepada mereka serta tingginya kesabaran mereka
ketika menghadapi kaum-kaumnya, terutama kisah nabi Nûh, Hûd, Ibrâhîm, Mûsâ dan
Muhammad SAW.
Kelima, mengetahui tanda-tanda kiamat yang disebutkan di dalam
Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih.
Keenam, berdoa kepada Allah dengan sungguh-sungguh agar Allah
meningkatkan keyakinan dan ketetapan hati.
Ketujuh, memperhatikan dan bertafakkur terhadap ayat-ayat kauniyyah
atau tanda-tanda kekuasaan Allah yang terhampar luas di alam semesta.
Demikian sedikit pembahsan tentang keyakinan mudah-mudahan
bermanfaat!