Berdoa adalah hal penting dalam ibadah kita kepada Allah SWT oleh karenanya ia disebut sebagai sum-sumnya ibadah (mukhul Ibadah), namun demikian tidak jarang kita tidak mengerti maksud yang dari doa yang kita panjatkan kepada Allah, padahal pemahaman terhadap maksud do'a selain akan menambah kekhusu'an kita, juga dapat meningkatkan keyakinan dan keimanan kita kepada Allah.
Buku ini Syarah Hisnul Muslim, merupakan penjelasan detail terhadap kitab kecil kumpulan doa-doa sehari-hari yang Matsur atau sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah yang sangat populer di masyarakat dan terpercaya, penjelasannya dapat menambah nilai dari setiap doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT.
Buku ini ditulis oleh Syaikh Majdi Abdul Wahab Al-Ahmad dan mendapatkan rekomendasi dari Syaikh Wahf Muhammad Al-Qahthani, buku ini penting untuk dimiliki.
kolasi 356 halaman (Hard Cover)
Penerbit Pustaka Al-Kautsar Jakarta
Harga : Rp. 60.000,- , belum termasuk ongkos kirim
pemesanan ke : mahbub8609@gmail.com atau 085716820321
Kamis, 31 Mei 2012
CARA SYETAN MENYESATKAN MANUSIA
Rajanya setan adalah Iblis, selepas
membangkangnya Iblis terhadap perintah Allah, Iblis bernjanji untuk menghalangi
manusia dari jalan yang lurus, ia akan menyesatkan manusia dari depan, belakang,
dari kanan dan dari kiri manusia, kisah ini dijelaskan di dalam Al-Qur’an,
“Iblis
menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar
akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, (16) kemudian
saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan
dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur
(taat) (17). (Q.S.
Al-A’raaf : 16-17)
Maksud ayat di atas menurut Sahabat
Mulia Ibnu Abbâs rhadiyallahu ‘anhu sebagaimana dinukil Al-Hâfidh Ibnu Katsîr dalam tafsirnya, yaitu :
1. Mendatangi dari depan, maksudnya
menjadikan manusia ragu terhadap kehidupan akhirat (usyakkikuhum fî Âkhirâtihim).
Syetan dengan berbagai bujuk-rayunya
apa lagi dengan kesenangan dunia dan kenikmatannya serta berbagai aktifitas
keduniaan yang menyibukkan, menjadikan manusia lupa dan tidak peduli dengan
kehidupan akhirat, sehingga tidak memiliki bekal untuk menghadapinya kalaupun
ada hanyalah sedikit bekal tersebut, sehingga tidak dapat memberatkan timbangan
kebaikannya.
2. Mendatangi dari belakang maksudnya
menjadikan mereka terlalu cinta pada dunia (uraghibuhum fi dunyâhum).
Kecintaan kepada dunia secara berlebihan akan menghalangi
manusia beribadah kepada Allah SWT dan mengahalangi seseorang berkorban di
jalan Allah, seperti menghalangi manusia agar berinfak sebagian dari hartanya
untuk berjuang di jalan Allah.
Contoh bujuk rayu syetan agar
manusia berlebihan cinta pada dunia, disebutkan dalam ayat berikut :
Syaitan
menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat
kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan
karunia. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui. (Al-Baqarah : 268)
3. Mendatangi dari kanan, maksudnya
menebar syubhat dalam urusan agama (usyabbihu ‘alaihim amra dînihim).
Urusan agama ini amatlah jelas, baik
perintah-perintahnya juga larangan-larangannya, namun syetan menebar syubhat
dan menjadikannya samar-samar, Tuhan yang satu dia katakan tiga bahkan lebih,
yang bid’ah ia katakan sunnah, bahkan akhir-kahir ini syetan dari jenis manusia
ini sering dengan seenaknya mengatakan semua agama adalah sama, syariat agama
tidak perlu dijadikan hukum, syariat islam sudah tidak relevan lagi dan
lain-lainnya. Untuk menghadapi syubhat ini diperlukan orang-orang khusus yang
mendalami agama ini.
4. Mendatangi dari kiri, maksudnya
menjadikan indah maksiat bagi manusia (Usyahhi ‘alaihimul ma’âshi).
Kemaksiatan tidak saja hal-hal yang
terkait hubungan lawan jenis yang tidak halal, kemaksiatan adalah segala hal
yang berlawanan dengan perintah Allah dan mendekati larangan-larangan Allah,
maka meninggalkan shalat, durhaka kepada orang tua dan membantu perbuatan buruk
adalah maksiat. Kemaksiatan-kemaksitan yang sebenarnya berbahaya bagi diri
manusia, dijadikan indah oleh syetan, dan ketika manusia menyadari
kekeliruannya, setan akan membisikinya, ‘tidak perlu khawatir, kamu masih muda,
masih ada kesempatan bertaubat nanti bila sudah tua”. Padahal umur manusia
hanyalah Allah yang mengetahuinya.
Demikianlah janji dan tekad syetan
untuk menyesatkan manusia dan menjadikan manusia sebagai kawan-kawannya kelak
di neraka, mudah-mudah Allah SWT menyelamatkan kita dari berbagai tipu dayanya.
Wal ‘Iyâdzu billâh.
DEFINISI SYETAN....

Fenomena anak bangsa yang banyak
meng-gandrungi kisah-kisah tentang syetan ini sungguh memprihatinkan, padahal
katanya zaman ini bukan lagi zaman kuda gigit besi atau zaman keterbelakangan,
tapi ternyata pola berfikir sebagian orang justru masih terbelakang, sekalipun
keterbelakangan identitas ini dihiasi oleh atribut modern.
Gandrung film syetan ini juga
mencerminkan banyak pengajaran agama belum menyentuh inti utama ajaran Islam
yakni keimanan kepada yang ghaib secara benar, oleh karenanya bersama maraknya
film-film tentang syetan ikut marak juga industri klenik, ramalan dan
perdukunan di negri ini.
Ada dua hal utama yang berbahaya
dalam film-film syetan ini, yaitu :
1. Mengajarkan kesyirikan (Asy-Syirku
billâh), seperti mengajarkan ramalan,
zodiak, mendatangi dukun, mempercayai berbagai khurafat dan takhayyul
dan mengetahui hal-hal yang ghaib, padahal dosa syirik ini adalah dosa terbesar, yang tidak akan diampuni oleh
Allah, kecuali apabila bertaubat.
2. Kamuflase dari pornografi dan
pornoaksi, karena film-film itu pada umumnya membumbui dengan kisah-kisah yang
membangkitkan birahi, hal ini jelas membahayakan generasi muda, belum lagi
akses pornografi yang begitu mudah di negri ini, kebebasan ini akan menjadi
sebab tersebarnya perbuatan zina di generasi muda, padahal tersebarnya zina
adalah penyebab kemurkaan Allah SWT.
Definisi Syetan
Syetan menurut bahasa berasal dari Syathana
yasthunu syathûnan yang artinya jauh, disebut syetan karena jauh dari kebenaran,
ada juga yang mengatakan kata syaithan berasal dari Syâtha – Yasyîthu artinya sesuatu yang terbakar. Adapun dalam
Lisân
al-‘Arab disebutkan bahwa setiap yang melampaui batas dan berlaku
sewenang-wenang dari golongan jin, manusia termasuk hewan adalah syetan.
Di dalam Al-Qur’an, penjelasan
tentang syetan tidak selalu sebagai ghaib
atau tidak kasat mata, syetan juga bermakna sifat yang dapat melekat pada diri
manusia, sehingga manusia yang membisiki, mengajak dan memprovokasi berbuat
keburukan adalah syetan (syayâthîn al-insi wal jinni),
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-An’âm : 112.
“dan
Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan
(dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada
sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu
(manusia)…” (Al-An’âm : 112)
Langganan:
Postingan (Atom)