فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِي إِلَّا رَبَّ
الْعَالَمِينَ (77) الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ (78) وَالَّذِي هُوَ
يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ (79) وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ (80) وَالَّذِي
يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ (81) وَالَّذِي أَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي
يَوْمَ الدِّينِ (82) رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ (83)
} [الشعراء: 75 – 83[
Karena
Sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta
Alam, (77). (yaitu Tuhan) yang Telah
menciptakan aku, Maka dialah yang menunjuki aku, (78).. Dan Tuhanku, yang dia memberi makan dan minum
kepadaku, (79). Dan apabila Aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku, (80). Dan yang akan mematikan aku, Kemudian akan menghidupkan
Aku (kembali), (81). Dan yang amat
kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".(82). (Ibrahim berdoa): "Ya Tuhanku,
berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah Aku ke dalam golongan orang-orang
yang saleh, (83) (Asy-Syu’arâ : 75-83).
Nabi Ibrahim termasuk nabi ulul ‘azmi (Nabi dengan
tingkat kesabaran yang tinggi), seorang Nabi yang berhasil melewati
berbagai cobaan yang Allah berikan kepadanya, bahkan untuk menyembelih putranya
Ismail di saat rasa kasih sayang sudah sangat tertambat di dalam hatinya, perjalanan
hidupnya beserta keluarganya begitu sarat dengan perjuangan tauhid dan
ketundukan kepada perintah Allah SWT.
Sungguh tinggi nilai perjuangan Nabi Ibrahim ini, sehingga berbagai
jejak perjuangannya diwariskan dalam ajaran Nabi terakhir Muhammad SAW sebagaimana
yang kita ketahui dalam ibadah haji,
hari raya idul Adha dengan amaliyah kurban serta tradisi menghormati
tamu dan yang lainnya.
Di dalam Al-Qur`an Allah SWT banyak menjelaskan kisah hidup beliau,
di antaranya ketika beliau menjelaskan tentang Tuhan semesta alam (Rabbul
‘Alamîn) kepada kaumnya, sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, dari
ayat ini juga kita dapat belajar tentang beberapa sifat Allah Rabbul ‘Alamîn,
dengan mengenal Allah mudah-mudahan menjadi jalan untuk meningkatkan keimanan
kita. Yaitu :
a.Yang Telah
menciptakan aku, Maka dialah yang menunjuki aku
Allah SWT adalah yang menciptakan seluruh makhluk yang ada di alam
semesta ini, Dia adalah yang maha mencipta (al-Khâliq), yang maha
menjadikan (al-Bâri-u) dan yang maha membentuk kejadian makhluknya(al-Mushawwiru),
tidak ada satupun di alam semesta ini kecuali Dialah penciptanya, Dia disebut al-Khâliq
dan yang lainnya disebut al-Makhluk. Ia adalah rabb sedangkan
yang lainnya al-‘âlamin.
Demikian pula Allah adalah yang maha memberikan petunjuk, bahkan
ketika kita bersungguh-sungguh berda’wah dengan metode yang sebaik-baiknya,
kita tetap harus meyakini petunjuk atau hidayah adalah hak perogratif Allah
SWT, dan sebagai hamba-Nya, memohon agar diberikan hidayah adalah permohonan
yang utama yang mesti dipanjatkan.
b.Yang memberi
makan dan minum kepadaku
Yang tampak disaksikan adalah seakan-akan kita makan dan minum dari hasil
kerja kita sendiri, atau hasil dari bumi yang diolah dan ditanami, namun apabila
kita merenungkan lebih dalam tentu kita akan menyadari hakikatnya yang
memberikan makan dan minum kita adalah Allah SWT, sedangkan yang lain hanyalah
sebab-sebab yang Allah jadikan sebagai bagian dari ikhtiar manusia, oleh karena
itu bukan alasan yang benar berbuat kriminal atau korupsi karena takut lapar,
bekerjalah dengan jalan yang halal, Allah telah menentukan rizki setiap makhluk
yang diciptakannya,
Dia-lah yang memberi kita
makan bukan perusahaan atau kantor tempat kita bekerja, Dia-lah yang memberi
kita minum bukan sungai atau awan yang menurunkan hujan, hal-hal itu hanyalah
berdiri sebagai sebab, hati kita
c. Yang apabila Aku sakit,
dialah yang menyembuhkan aku
Apabila kita atau salah satu anggota keluarga sakit, seringkali
tindakan yang pertama kita lakukan adalah segera mengobatinya dengan segera
mendatangi dokter, klinik atau rumah sakit, bahkan berbuat syirik dengan
mendatangi dukun-dukun (na’udzubillah), baru setelah semuanya tidak berhasil kita
ingat bahwa Allah –lah yang berkuasa untuk menyembuhkannya, kita sering
menjadikan Allah di nomor terakhir, bahkan ketika sakit itu semakin parah,
seringkali kita melupakan adanya taqdir Allah Rabbul ‘Alamîn.
Seharusnya kita meyakini semenjak awal bahwa sakit yang kita alami
dan yang berkuasa menyembuhkan hanyalah Allah SWT, segeralah memohon ampunan
dan kesembuhan kepadaNya (Lâ Syifâ-a illa Syifâ-uka), kemudian mencari obat
atau dokter sebagai ikhtiar yang diperintahkan Allah SWT dan dicontohkan oleh
Rasul Nya.
d.
Yang akan
mematikan aku, Kemudian akan menghidupkan Aku (kembali)
Setelah Allah SWT menghidupkan kita, sebagaimana saat ini, kelak
sebagaimana manusia yang telah mendahului kita, Allah juga akan mematikan kita
kapan pun waktunya tidak ada yang mengetahui kecuali Dia, setelah itu Allah
akan menghidupkan kita kembali untuk kehidupan yang sebenarnya yang lebih
panjang guna mempertanggung jawabkan amal perbuatan yang kita lakukan dalam
kehidupan dunia ini.
Semua manusia tentu meyakini bahwa dirinya adalah fana (tdak
kekal) dan akan mati, namun tidak sedikit manusia yang mengingkari akan adanya hari kebangkitan, dihidupkannya
kembali manusia di kehidupan akhirat untuk mempertangguyng jawabkan amal
perbuatannya, termasuk kaum muslimin meski meyakini hari tersebut, namun sering
kali lupa karena rutinitas kehidupan yang melalaikannya.
Orang yang beriman harus meyakini Allah adalah satu-satunya yang
dapat mematikannya dan kelak akan menghidupkannya kembali, sehingga ia lebih
bergegas menyiapkan perbekalan untuk hari yang begitu berat dan pahit bagi
orang-orang yang ingkar kepada Allah SWT.
e. yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat
Dialah Allah, Tuhan yang hanya
kepadanya kita memohon dan mengharapkan ampunan di dunia dan akhirat, dalam hal ini Al-Qur`an
menggambarkan begitu besarnya keinginan (thama’) Nabi Ibrahim agar
diampuni Allah SWT padahal beliau adalah kekasih Allah (Khalîlullah), inilah yang
lebih harus lagi kita miliki, kita harus sungguh-sungguh mengharapkan ampunan
Allah karena kita adalah hamba yang biasa yang tidak ada jaminan keselamatan
kita baik di dunia juga akhirat.
Terakhir kita memanjatkan doa’a kepada Allah sebagaiman do’a Nabi
Ibrahim: "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah Aku ke
dalam golongan orang-orang yang saleh”.
belajar kepada nabi ibrahim....
BalasHapus